Dari Abi Hurairah ra berkata: Rasulullah saw bersabda: Tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah Ta’ala pada hari yang tidak ada naungan kecuali naunganNya:
1. Pemimpin yang adil.
2. Pemuda yang tumbuh dengan ibadah kepada Allah (selalu beribadah).
3. Seseorang yang hatinya bergantung kepada mesjid (selalu melakukan salat jamaah di dalamnya).
4. Dua orang yang saling mengasihi di jalan Allah, keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah.
5. Seorang yang diajak perempuan berkedudukan dan cantik (untuk berzina), tapi ia mengatakan: Aku takut kepada Allah.
6. Seseorang yang memberikan sedekah kemudian merahasiakannya sampai tangan kanannya tidak tahu apa yang dikeluarkan tangan kirinya.
7. Seseorang yang berzikir (mengingat) Allah dalam kesendirian, lalu meneteskan air mata dari kedua matanya.
Allah mengumpulkan seluruh makhluk pada hari kiamat dari makhluk yang pertama sehingga makhluk yang terakhir:
“..Supaya dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang Telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (syurga)”.[2]
Pada hari yang sangat panjang, dahsyat dan genting. Allah Ta’ala memperingatkan para hambaNya terhadap hari tersebut dan Dia memerintahkan agar mereka bersiap-siap menghadapinya. Firman Allah Ta’ala:
1. Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; Sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat).
2. (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal Sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat kerasnya”.[3]
Pada hari yang agung tersebut matahari didekatkan dengan mahkluk sehingga jaraknya menjadi satu mil, maka setiap manusia akan tenggelam dalam keringat mereka sesuai dengan tingkat amal mereka masing-masing; di antara mereka ada yang peluhnya sampai kedua mata kaki mereka, dan di antara mereka ada yang peluhnya sampai kepada kedua lutut mereka, diantara mereka ada yang peluhnya meliputi kedua pinggang mereka bahkan ada orang yang tengelam dalam peluh mereka sendiri.[4]
Dari Abi Hurairah ra bahwa Nabi saw bersabda: Manusia akan berkeringat pada hari kiamat sehingga kedalaman keringat mereka pada bumi mencapai tujuhpuluh hasta dan menenggelamkan mereka sehingga sampai pada telinga mereka”.[5]
Dalam keadaan yang genting tersebut Allah menaungi tujuh golongan ini, dan marilah kita renungkan apakah perbuatan mereka sehingga menyebabkan mereka bisa mendapatkan balasan seperti ini:
Pertama: Pemimpin yang adil yang menghakimi manusia secara adil dan tidak mengikuti hawa nafsu. Sebagaimana firman Allah ta’ala:
Hai Daud, Sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, Maka berilah Keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, Karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, Karena mereka melupakan hari perhitungan”.[6]
Dia menjalankan perintah Tuhannya yang memerintahkan kepadanya:
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.[7]
Dari Abi Hurairah ra bahwa Nabi saw bersabda: Sesungguhnya orang-orang yang berbuat adil di sisi Allah (balasan) adalah mereka berada di atas mimbar dari cahaya di sisi kanan Allah yang Maha Al-Rahman dan kedua tanganNya adalah kanan, yaitu orang-orang yang berlaku adil di dalam menghukumi dan adil terhadap keluarga mereka serta adil terhadap apa yang menjadi tanggung jawab mereka”.[8]
Inilah balasan yang diberikan terhadap orang yang berlaku adil di dalam berhukum dan memberikan hak terhadap orang yang berhak menerimanya, lalu perhatikanlah bagaimanakah balasan orang yang berlaku zalim dan tidak berlaku adil. Firman Allah Ta’ala:
Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak,[9]
Dari Abi Umamah ra berkata: Rasulullah saw bersabda: Tidaklah seorang lelaki yang menanggung perkara sepuluh orang atau lebih kecuali dia akan menghadap Allah Azza Wajalla pada hari kiamat dalam keadaan terbelenggu di mana tangannya terbelenggu pada leher mereka dia akan terlepas karena tindakannya yang baik atau akan dibinasakan oleh dosanya , permulaan (jabatan itu) adalah cercaan orang lain, pertengahannya adalah penyesalan dan akhirnya adalah kehinaan pada hari kiamat”.[10]
Dari Ma’qil bin Yasar ra berkata: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: Tidaklah seorang hamba diberikan oleh Allah untuk mengurusi perkara rakyat kemudian dia mati dalam keadaan menipu rakyatnya kecuali Allah akan mengharamkan surga atas dirinya”.[11]
Yang kedua: Pemuda yang hidup dalam beribadah kepada Allah. Allah telah memberikan taufiq kepadanya sejak kecil untuk selalu beramal shaleh dan Dia menjadikannya cinta terhadap amal shaleh tersebut, dan Dia menghunjamkan rasa benci terhadap amal buruk dan memberikan kemudahan baginya untuk meninggalkannya, hal ini terbentuk baik dengan tarbiyah yang baik, taman yang shaleh atau yang lainnya. Allah telah menjaganya dari apa yang mempengaruhi sebagian besar pemuda seperti perbuatan yang sia-sia, bermain-main, menyia-nyiakan shalat tenggelam dalam nafsu dan kesanangan belaka. Allah memuji generasi yang berkah ini dengan firmanNya:
Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan kami tambah pula untuk mereka petunjuk.[12]
Melihat bahwa bahwa masa muda adalah masa bergejolaknya syahwat maka sungguh sebuah perkara yang menakjubkan jika kita mendapatkan ada sekelompok pemuda yang menghibahkan dirinya dalam ketaatan kepada Allah dan bersungguh-sungguh padanya maka dengannya dia berhak mendapat naungan Allah.
Dia menyadari bahwa dirinya akan bertanggung jawab di hadapan Allah tentang masa mudanya pada apakah dia habiskan, lalu dia bergegas mengamalkan wasiat nabinya yang mengatakan: Manfaatkan lima perkara sebelum datangnya lima perkara yang lain: manfaatkan masa mudamu sebelum datang masa tuamu, manfaatkan masa kosongmu sebelum datang masa sibukmu, manfaatkan hidupmu sebelum kematianmu, manfaatkan sehatmu sebelum datang sakitmu dan manfaatkan masa kayamu sebelum datang masa kemiskinanmu”.[13]
Ketiga: Seorang lelaki yang hatinya selalu terpaut dengan mesjid. Maka dia tidak merasa tentram jika keluar dari mesjid sehingga dirinya kembali masuk ke mesjid. Sebab mesjid adalah rumah Allah maka barang siapa yang memasukinya berarti dia telah bertamu kepada Allah. Maka tidak ada hati yang lebih baik dan tidak ada jiwa yang lebih senang dari seorang lelaki yang bertamu terhadap Tuhannya di rumahNya dan di bawah pengawasanNya. Mereka inilah yang sebenarnya layak disebut sebagai orang yang memakmurkan mesjid, di mana Allah berkata tentang mereka:
Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, emnunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.[14]
Dari Abi Darda’ ra dia berkata: Rasulullah saw bersabda: Mesjid adalah rumah untuk setiap orang yang bertaqwa. Allah akan memberikan jaminan bagi orang yang menjadikan mesjid sebagai rumahnya dengan ruh, rahmat dan bisa melewati sirath dengan selamat menuju ridha Allah yang menyampaikannya ke dalam surga”.[15]
Jamuan ini terjadi di dunia, di mana orang yang memasuki mesjid merasakan adanya kertenangan, kebahagiaan dan ketentraman jiwa sementara di akherat mereka akan mendapatkan kemuliaan di dalam surga.
Dari Abi Hurairah ra dia berkata: Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa yang pergi ke mesjid atau kembali darinya maka Allah menyiapkan bagi dirinya sebuah tempat setiap kali dia pergi atau kembali”.[16]
Keempat: Dua orang yang saling mencintai karena Allah di mana dia berkumpul dan berpisah kerena Allah. Sebab ikatan keimanan yang paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah. Firman Allah Ta’ala:
Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah Lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.[17]
Di dalam sebuah hadits disebutkan dari Abi Umamah ra berkata: Rasullah saw bersabda: Barangsiapa yang saling mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah dan menahan karena Allah maka iman telah sempurna pada dirinya”.[18]
Dari Abi Hurairah ra bahwa Nabi saw bersabda: Demi jiwaku yang berada di tanganNya kalian tidak akan masuk surga sehingga kalian beriman, dan kalian tidak beriman sehingga saling mencintai tidakkah aku tunjukkan kepada kalian kepada suatu amalan yang apabila kalian kerjakan niscaya kalian saling mencintai?, sebarkanlah salam di antara kalian”.[19]
Ini adalah salah satu perkara yang apabila terdapat di dalam pribadi seseorang maka dia akan merasakan kenikmatan dan kelezatan keimanan. Dua orang lelaki ini tidak dipertemukan oleh hubungan kekerabatan, kekeluargaan dan kepentingan duniawi, mereka hanya dipertemukan oleh rasa saling mencintai karena Allah Ta’ala dan mereka tetap dalam kondisi yang demikian itu sehingga kematian menjemput mereka.
Dari Abi Malik Al-Asy’ari ra bahwa Nabi saw bersbda: Sesungguhnya Allah memiliki sekelompok hamba di mana mereka bukanlah para Nabi dan bukan pula para syuhada, kedudukan mereka diharapkan oleh para Nabi dan para syuhada sebab posisi mereka yang dekat dengan Allah”. Lalu seorang lelaki badui berdiri secara berlutut pada tempat yang jauh dan mengacungkan tangannya kepada Nabi saw dan berkata: Wahai Nabi utusan Allah!, mereka bukan golongan para nabi dan bukan pula para syuhada dan posisi mereka diharapkan oleh para Nabi dan syuhada karena kedekatan mereka dengan Allah. Beritahukan kepada kami bagimanakah sifat mereka?. Maka muka Rasulullah saw berseri-seri dengan pertanyaan orang badui tadi. Maka Rasullah menjawab: Mereka adalah golongan orang yang tidak dikenal oleh manusia, dan dari kabilah yang berbeda-beda tidak ada hubungan kekeluargaan antara mereka, di mana mereka saling mencintai karena Allah dan bersatu, Allah akan mempersiapkan bagi mereka mimbar dari cahaya, mereka duduk padanya, wajah mereka cahaya, pakaian mereka cahaya. Manusia merasa ketakutan pada hari kiamat namun mereka tidak ketakutan, mereka itulah kekasih Allah yang tidak ada ketakutan pada diri mereka dan tidak pula bersedih”.[20]
Kelima: Seorang lelaki yang diajak oleh seorang wanita untuk berbuat mesum dengan dirinya, dia bukanlah wanita biasa, namun dia adalah wanita yang memiliki kedudukan dan jabatan yang tinggi, dan Allah memberinya kecantikan yang membuat dorongan fitnah semakin besar, dan ketertarikan hati semakin kuat. Ya Allah!, bagiamana bisa selamat orang menghadapi fitnah yang begitu besar kecuali dengan iman yang dalam dan mata hati yang tajam.
Qadhi Iyadh berkata: Dikhususkan penyebutan wanita yang memiliki kekuasaan dan kecantikan karena faktor kecenderungan yang lebih dahsyat terhadap mereka, sulit mendapatkan orang yang sepertinya, sementara dia mengumpulkan dua kekuatan fitnah yaitu kekuasaan dan kekuatan kecantikan, terlebih kenyataannya adalah bahwa wanita itulah yang meminta dan menggoda secara langsung, tidak ada halangan apapun untuk menggoda seseorang atau yang lainnya, maka bersabar dalam menghadapinya karena takut Allah Ta’ala, pada saat yang menggoda adalah wanita terpandang dan cantik adalah termasuk sabar yang sempurna dan ketaatan yang paling agung, maka Allah menjanjikannya untk dinaungi pada naungan yang tidak ada naungan kecuali naungan Allah. Maksud: “dzatul manshib” sebagaimana disebutkan di dalam hadits di atas adalah wanita yang terpandang dan berdarah biru atau bangsawan”.[21]
Firman Allah Ta’ala:
Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, Maka Sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya).[22]
Dari bnu Umar ra dia berkata: Rasulullah saw bersabda: Pada saat tiga orang sedang berjalan dan mereka kehujanan, maka merekapun segera berteduh pada sebuah gua lalu mulut gua itu dijatuhi sebuah batu besar dan menutupinya. Sebagian mereka mengusulkan kepada sebagian yang lain: Ingatlah amal shaleh yang pernah kalian amalkan karena Allah lalu berdo’alah dengan bertawassul dengan amal shaleh tersebut semoga Allah membukakan kesulitan kalian. Maka salah seorang dari mereka berkata: Ya Allah, sesungguhnya saya memiliki seorang anak paman yang sangat saya cintai sama seperti seorang lelaki mencintai seorang wanita, maka akupun menggodanya agar dia menyerahkan dirinya kepadaku namun dia enggan sehigga aku bisa memberikannnya seratus dinar. Akhirnya, akupun pergi menghilang beberpa sehingga dapat mengumpulkan seratus dinar lalu aku segera meneminya, lalu pada saat aku sudah siap menerjang dirinya di antara kedua kakinya dia berkata: Wahai hamba Allah takutlah kepada Allah dan janganlah engkau membuka cincin kecuali dengan cara yang hak, maka akupun bangkit meninggalkannya. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa apa yang aku lakukan tersebut semata-mata untuk mendapatkan kerelaanMu maka bebaskan kami dari kesulitan ini maka batu itupun sedikit bergeser….”[23]
Keenam: Seorang lelaki yang bersedekah dengan suatu sedekah. Banyak orang bersedakah dan sungguh besar pahala yang mereka dapatakan di sisi Allah, namun hal istimewa yang membedakan orang ini sehigga mendapatkan naungan Allah adalah keikhlasan dirinya dalam bersedekah tersebut, karena ikhlasnya yang begitu tinggi sehingga hampir saja dia menyembunyikannya dari pribadinya. Allah telah memuji orang-orang yang selalu bershedekah dengan firmanNya:
Jika kamu menampakkan sedekah(mu) Maka itu adalah baik sekali. dan jika kamu menyembunyikannya[173] dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, Maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.[24]
Dari Abdllah bin Ja’far ra berkata: Rasullah saw bersabda: sedekah yang rahsia akan memadamkan kemurkaan Rabb Azza Wa Jalla”.
Ketujuh: Lelaki yang hatinya penuh dengan takut dan mengagungkan Allah, dia menyendiri dalam zikir kepada Allah tanpa diketahui oleh seorangpun, dia merenungkan kebesaran Allah, karunia dan rahmatNya sehingga air matanya berlinang karena rindu kepada Allah. Allah memberikan penghargaanNya kepada orang seperti ini:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah[595] gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan Hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.[25]
Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Quran) yang Telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya berkata: “Ya Tuhan kami, kami Telah beriman, Maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Quran dan kenabian Muhammad s.a.w.).[26]
Dari Ibnu Abbas berkata: Rasulullah saw bersabda: Dua mata yang tidak akan pernah disentuh oleh api neraka, yaitu mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang berjaga-jaga di jalan Allah”.[27]
Rasulullah saw adalah orang yang sering menangis karena takut kepada Allah, begitu juga dengan orang-orang yang shaleh pada masa silam dan masa-masa setelahnya, bahkan Allah telah mengancam orang yang memiliki hati yang keras dengan ancaman yang keras di dalam firmanNya:
Maka Kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang Telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. mereka itu dalam kesesatan yang nyata.[28]
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam dan shalawat serta salam kepada Nabi kita Muhammad saw, kepada keluarga dan seluruh para shahabatnya
DR. Amin bin Abdullah asy-Syaqawi
[2] QS. Al-Najm: 31
[3] QS. Al-Hajj: 1-2
[4] Makna dari sebuah hadits riwayat Muslim no: 2864
[5] HR. Bukhari: 6532 dan Muslim: 2863
[6] QS.Shaad: 26
[7] QS.Al-Nisa’: 58
[8] HR. Muslim: 1827
[9] QS. Ibrahim: 42
[10] HR. Ahmad: 5/267 dishahihkan oleh Albaani di dalam Jami’us shagir: 5718
[11] HR. Bukhari: 715 dan Muslim: 142
[12] QS. Al-Khafi: 13
[13] HR. Al-Hakim dalam kitab: Almustadrok no: 7844, dia berkata bahwa hadits ini shahih dengan syarat Ashahihaini dan dishaihkan oleh Albani dalam kitab Al-ajmi’us shagir: 1077
[14] QS. Al-Taubah: 18
[15] Hulyatul Auliya, Abi Na’im 6/176. Dishahihkan oleh Albani dalam silsilah ashahihah: 716.
[16] HR. Bukhari: 662 dan Mslim: 669
[17] QS. Al-Ma’idah: 54
[18] Sunah Abu Dawud: 4681 dan dihshahihkan oleh AlBani:
[19] HR. Muslim no: 54
[20] HR. Ahmad: 5/343, Syarhussunnah no: 3464 dan dishahihkan oleh Al-hakim dan dishahihkannya dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban: 2508
[21] Shaihih Muslim, syarah An-Nawawi: 3/122
[22] QS. Al-Nazi’at: 40-41
[23] Bagian hadits yang panjang dari riwayat Al-Bukhari: 2215 dan Muslim: 2743
[24] QS. Al-Baqoroh: 271
[25] QS. Al-Anfal: 2
[26] QS. Al-Maidah: 83
[27] HR. Turmudzi: 1639 dishahihkan oleh Albani di dalam Al jami’s shagir : 4113
[28] QS. Al-Zumar: 22